Selasa, 29 Desember 2009

Peranan Gaya Kepemimpinan Dalam Organisasi

Pengertian Kepemimpinan (Leadership)

Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama.


Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance".


Tipologi Kepemimpinan

Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang.

Beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya adalah sebagian berikut (Siagian,1997).


Tipe Otokratis. Kepemimpinan otokratik ialah pemimpin yang tergolong otokratik dan dipandang sebagai karakteritik yang negatif. Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang pemimpin yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut:

  • Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi

  • Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

  • Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat

  • Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya

  • Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:

  • Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya

  • Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya

  • Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.


Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :

  • Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan

  • Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya;

  • Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan

  • Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan

  • Sukar menerima kritikan dari bawahannya

  • Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.


Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :

  • Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa

  • Bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan;

  • Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif

  • Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya

  • Dan sering bersikap maha tahu.


Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.


Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern.

Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

  • Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia;

  • Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya

  • Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain

  • Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya

  • Dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.


Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini.

  • Teori Genetis (Keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.

  • Teori Sosial. Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.

  • Teori Ekologis. Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.

Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s)., yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).

Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.

Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.

KEPEMIMPINAN SEBAGAI SUATU GAYA

Dalam mendefinisikan kepemimpinan, para teoritis manajemen berusaha menggambarkannya dalam gaya. Dalam menggunakan istilah yang luas seperti itu mereka mencoba menggambarkan bagaimana orang tersebut bertindak, bukan siapakah orang tersebut. Bila ada yang berpikir mengenai sejumlah pemimpin yang Anda kenal secara pribadi,Dengan kata lain, kita cenderung menggolongkan seorang pemimpin berdasarkan cara ia memimpin menurut cara pandang kita mengenai dia. Dengan sendirinya, seseorang mungkin berbeda pendapat dengan orang lain mengenai gaya seorang pemimpin. "Gaya" ternyata merupakan ringkasan dari bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar.

APA SAJA GAYA KEPEMIMPINAN ITU?

Karena gaya kepemimpinan mencakup tentang bagaimana seseorang bertindak dalam konteks organisasi tersebut, maka cara termudah untuk membahas berbagai jenis gaya ialah dengan menggambarkan jenis organisasi atau situasi yang dihasilkan oleh atau yang cocok bagi satu gaya tertentu. Perhatian utama kita pada saat ini adalah bagi mereka yang sudah berada dalam posisi kepemimpinan, ketimbang mereka yang masih berpikir-pikir mengenai potensi kecakapan mereka. Kita akan membicarakan lima gaya kepemimpinan: birokratis, permisif (serba membolehkan), laissez-faire (berasal dari bahasa Perancis yang sejatinya menunjuk pada doktrin ekonomi yang menganut paham tanpa campur tangan pemerintah di bidang perniagaan; sementara dalam praktik kepemimpinan, si pemimpin mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk melakukan apa saja yang mereka kehendaki), partisipatif, dan otokratis. Kita akan melihat masing-masing gaya tersebut menurut cara kerja pemimpinnya dalam organisasi.

  • Birokratis -- Ini adalah satu gaya yang ditandai dengan keterikatan yang terus-menerus kepada aturan-aturan organisasi. Gaya ini menganggap bahwa kesulitan-kesulitan akan dapat diatasi bila setiap orang mematuhi peraturan. Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan prosedur-prosedur baku. Pemimpinnya adalah seorang diplomat dan tahu bagaimana memakai sebagian besar peraturan untuk membuat orang-orang melaksanakan tugasnya. Kompromi merupakan suatu jalan hidup karena untuk membuat satu keputusan diterima oleh mayoritas, orang sering harus mengalah kepada yang lain.

  • Permisif -- Di sini keinginannya adalah membuat setiap orang dalam kelompok tersebut puas. Membuat orang-orang tetap senang adalah aturan mainnya. Gaya ini menganggap bahwa bila orang-orang merasa puas dengan diri mereka sendiri dan orang lain, maka organisasi tersebut akan berfungsi dan dengan demikian, pekerjaan akan bisa diselesaikan. Koordinasi sering dikorbankan dalam gaya ini.

  • Laissez-faire -- Ini sama sekali bukanlah kepemimpinan. Gaya ini membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya. Pemimpin hanya melaksanakan fungsi pemeliharaan saja. Misalnya, seorang pendeta mungkin hanya namanya saja ketua dari organisasi tersebut dan hanya menangani urusan khotbah, sementara yang lainnya mengerjakan segala pernik mengenai bagaimana organisasi tersebut harus beroperasi. Gaya ini kadang-kadang dipakai oleh pemimpin yang sering bepergian atau yang hanya bertugas sementara.

  • Partisipatif -- Gaya ini dipakai oleh mereka yang percaya bahwa cara untuk memotivasi orang-orang adalah dengan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan akan menciptakan rasa memiliki sasaran dan tujuan bersama. Masalah yang timbul adalah kemungkinan lambatnya tindakan dalam menangani masa-masa krisis.

  • Otokratis -- Gaya ini ditandai dengan ketergantungan kepada yang berwenang dan biasanya menganggap bahwa orang-orang tidak akan melakukan apa-apa kecuali jika diperintahkan. Gaya ini tidak mendorong adanya pembaruan. Pemimpin menganggap dirinya sangat diperlukan. Keputusan dapat dibuat dengan cepat.

APA ANGGAPAN ORANG TENTANG GAYA-GAYA INI?

Perhatikan bahwa setiap gaya ini sangat tergantung pada pandangan seseorang terhadap orang banyak dan apa yang memotivasi mereka. Karena fungsi dari kepemimpinan ialah memimpin, maka membuat orang- orang ikut sangatlah penting.

Pemimpin yang birokratis percaya bahwa setiap orang dapat setuju dengan cara yang terbaik dalam mengerjakan segala sesuatu dan bahwa ada suatu sistem di luar hubungan antarmanusia yang dapat dipakai sebagai pedoman. Dalam hal ini pedoman tersebut adalah peraturan- peraturan dan tata cara.

Pemimpin yang permisif ingin agar setiap orang (termasuk pemimpin itu sendiri) merasa senang. Stres internal dianggap sebagai suatu hal yang buruk bagi organisasi (dan mungkin tidak Kristiani).

Pemimpin laissez-faire menganggap bahwa organisasinya berjalan sedemikian baiknya sehingga pemimpin tidak perlu turut campur, atau menganggap bahwa organisasi tersebut tidak membutuhkan pusat kepemimpinan.

Pemimpin yang partisipatif biasanya senang memecahkan masalah dan bekerja sama dengan orang lain. Ia menganggap bahwa orang lain pun merasakan hal yang sama, dan karena itu, hasil yang paling besar akan diraih dengan cara bekerja sama dengan mengajak orang lain turut serta dalam mengambil keputusan dan meraih sasaran.

Pemimpin yang otokratis menganggap bahwa orang-orang hanya akan melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka dan/atau ia tahu apa yang terbaik. (Dengan kata lain, ia mungkin tampak sebagai seorang diktator.)


Gaya Mana Yang Terbaik

Gaya setiap pemimpin pasti berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Gaya Kepemimpinan itu sendiri pun disesuaikan dengan Organisasi apa yang mereka pimpin serta situasi dan kondisi yang sedang dihadapi saat itu. Karena organisasi-organisasi akan mendapatkan kesulitan bila terus-menerus berganti pimpinan, maka para pemimpinlah yang membutuhkan gaya yang berbeda pada waktu yang berbeda. Disesuaikan dengan Organisasinya yang dipimpin, seperti : Dimana Organisasi itu berada?, Kemana Arah & Tujuan diadakannya atau didirikannya Organisasi itu?, Fungsi Organisasi itu sendiri?, apakah sebagai Organisasi Sosial, Atau Organisasi Profit?, Serta Menentukan Bawahanya akan diarahkan kemana nantinya?, dll. Bila seorang pemimpin tidak mau berubah atau berkembang kearah yang lebih baik dalam memimpin Organisasi yang ia jalankan, maka lambat laun Organisasi itupun akan mengalami kemunduran. Maka Seorang Pemimpin Yang bias dikatakan Ideal, bila telah memenuhi syarat-syarat diatas, dan berusaha menyesuaika Gaya dengan Organisasi Yang Ia Pimpin, Serta situasi yang sedang dihadapi.

Senin, 23 November 2009

Pengalaman Organisasi

Sewaktu aku duduk di bangku sekolah, mungkin aku termasuk anak yang jarang mengikuti organisasi. Biasanya aku cuma ikut nama doank, paling-paling cuma ikut sekali or beberapa kali klo ada acra kumpul2 anggota.

Organisasi yang pertama aku ikuti itu waktu aku masih SD, kelas 5 dan 6 SD., aku ikut eksull pramuka. Wah, ikutan ekskull ini asyik juga loch, biasanya acara latihan diadaiin sehabis pulang sekolah, pembinanya dulu juga wali kelas n ditmbah beberapa pembina pramuka dari luar. Pokoknya seru abiz dagh..

Klo smp, aku mungkin dibilang ga termasuk anak yang aktif, coz waktu itu pertama masuk smp, ngalamin kejadian ga ngenak'in dari temen baru. Maklum dari anak SD bernjak SMP suka da masalah yang muncul. Mungkin ini awal mulanya aku malaz ikut organisasi, agak sedikit trauma yg muncul akibat sifat temen-temen smp kelas 1 dulu.
Aku baru mulai diajakin ikutan marching band sama temen-temen dan wali kelas aku pas kelas 2 mau ke kelas 3 smp. wuih, disini gw megang alat musik pianika, asik, seru banget loch.. hehe (jadi pengen lagi dagh..), latihan tiap habiz pulang skull, untuk acara 17an agustus, githu dech. WAh, ternyata ikut organisasi or ekskull asyik juga ya, disini aku mulai merubah statement aku..

Klo waktu SMA, aku dulu pernah ikutan paskibra, tapi karna GA TAHAN dijemur di bawah matahari teruz-terusan ( udah kayak ikan asin tau,, dah kering, mAlah ampir gosong, hehehe ;p ), akhirnya aku keluar juga. Abiz, latihan terus-menerus, dijemur lagi, puyeng ga than panasnya.. Beudh.. ;p

Terus aku mutusin untuk ikut ekskull pmr z d,, yang agak ringan dibanding ekskull paskibra yang harus siap dijemur. Ekskull ini mungkin yang paling lama aku ikuti, ikut dilantik juga lagi. abiz eksull ini menarik banget cie, kita bisa belajar tentang obat-obatan (tanaman obat yang da di alam), memberikan pertolongan p3, n masih banyak lagi. Apalagi, pas pelantikkan, wuaa, seru n menegangkan banget loch,, hoho. Udah mana ruang pmr n ruang kelas aku sebelahan lagi, wuih, alhasil sering kabur kesebelah loch ( apalagi pas pelajaran sejarah, sering cabut, biz bosen bgt d, hehehe ;p, jgn ditiru ya)
Aku ikut ekskull ini,cuma ampe naik kelas 2 duank, habis itu, ga aktif lagi, jadwal latihannya selalu bentrok ma jadwal les di luar, makanya aku keluar dech.. huft..

Sebenarnya ikut suatu organisasi atau perkumpulan or ekskull itu, asyik banget. Anak yang sering ikut or aktif organisasi, biasanya bersikapnya lebih dewasa, bertanggung jawab ,lebih supel, berani memikul tanggung jawab, n msh byk lagi. IKut organisasi seperti halnya kita mengimplimentasikan sesuatu hal ( hehe bahasanya susah y, mksdnya menerapkan) bukan hanya sekedar teori dan wacana saja yang bisanya diperoleh di kelas. Jadi, kita bisa memperoleh nilai plus + yang tidak kita peroleh di dalam kelas dan keluarga, karna sesungguhnya pembelajaran sejati, belajar dari lingkungan sekitar kita berada.

Yang paling membanggakan, bila kita ikut berpartisipasi dalam ajang-ajang lomba, apalagi sampai tingkat nasional bahkan sampai ke mancanegara, wah, bangganya kita bila bisa ikut berpartisipasi.

Selamat berorganisasi, tapi jangan melupakan tugas pokok kita, yaitu sekolah atau kuliah. Jangan sampai terlantar, akibat kita terlalu banyak mengikuti organisasi,, ^_^.